Translate

Thursday, June 20, 2013

Kurikulum Baru, Ada Wacana Buku Pelajaran Gratis

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk kurikulum baru yang diterapkan pada Juni 2013 nanti dikabarkan buku-buku pelajaran akan diberikan secara gratis pada guru dan siswa. Tentunya hal ini membuat penerbit buku merasa khawatir dengan kebijakan yang diperkirakan berlaku pada 2013 ini.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemdikbud, Diah Harianti, mengatakan bahwa pihaknya masih menyiapkan model buku dan belum mengetahui perihal masalah percetakan. Namun ia mengakui wacana untuk memberikan buku pelajaran secara gratis memang ada.

"Kami siapkan saja semuanya. Dicetak oleh negara atau swasta, kami masih belum tahu. Tapi untuk buku gratis itu memang ada rencana," kata Diah kepada Kompas.com, Jumat (16/11/2012).

Terkait wacana ini, ia mengungkapkan bahwa pihaknya selalu mengingatkan pada para penerbit agar tidak bergantung pada pembuatan buku pelajaran sekolah saja. Pasalnya, suatu hari nanti buku pelajaran sekolah ini memang akan digratiskan untuk para guru dan siswa.

"Sekarang sudah ada program wajar 12 tahun yang semestinya sudah bebas biaya untuk negeri. Tapi walaupun ada yang gratis, urusan buku kadang belum sepenuhnya bebas biaya," ujar Diah.

"Padahal urusan buku ini yang kerap dikeluhkan oleh orang tua siswa karena tidak murah. Untuk itu, buku pelajaran digratiskan ini mungkin terjadi," imbuhnya.

Sementara itu Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim, mengatakan bahwa banyak keluhan yang masuk karena urusan buku yang memakan biaya besar dari para orang tua siswa. Ditambah lagi, kurikulum yang berlaku saat ini memang membutuhkan buku yang banyak.

"Nanti akan disuplai langsung dari pemerintah untuk buku. Ini bisa menghemat pengeluaran pendidikan juga bagi orang tua," ujar Musliar. 

sumber: edukasi.kompas.com

Potret Pendidikan di Daerah Terpencil

Demo para pelajar terkait mahalnya biaya pendidikan di Indonesia

Semangat para guru saat SM3T

Ruang kelas yang tidak layak, namun murid terlihat semngat belajar

Potret pendidikan di daerah terpencil

SM3T di NTT, solusi mengatasi kekurangan tenaga pengajar

Potret Pendidikan di Indonesia

Kondisi pendidikan di Indonesia ternyata masih jauh dari idealitas yang selama ini diharapkan. Pelaksanaan sistem pendidikan nasional sejauh ini masih banyak ditemukan masalah di mana-mana.


Bukan malah membaik, kondisi dunia pendidikan sekarang ini justru makin parah dengan berbagai potret buram yang sering menghiasi. Mulai dari akses pendidikan yang kurang merata, infrastruktur yang kurang memadai bahkan berkualitas rendah, serta kurikulum yang selalu berubah.

Tak perlu jauh berkaca. Pelaksanaan Ujian Nasional 2013 yang akhirnya terpaksa mengalami penundaan untuk beberapa wilayah di Indonesia dapat menjadi salah satu cermin tentang realitas sistem pendidikan di negeri ini.

Selain itu, ketersediaan infrastruktur pendidikan yang belum mantap pun menjadi satu alasan tersendiri untuk menyebut pendidikan di Indonesia masih carut marut. Hal itu ternyata menimbulkan pengaruh yang sangat kompleks terhadap semakin sulitnya pendidikan dikatakan berhasil dalam mencetak generasi bangsa unggul.

Fakta ironis yang pernah ditemui adalah masih banyak bangunan sekolah rusak di hampir seluruh wilayah Indonesia. Kasus ini dapat dijumpai di beberapa kota Surabaya, Surakarta, dan Jakarta.

Di Surabaya, sebuah bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Jalan Wonorejo IV/54, roboh. Peristiwa ini terjadi pada Minggu, 2 September 2012 dan menelan korban tiga pekerja, satu tewas, dua orang luka.

Kejadian serupa juga terjadi di SDN Pelemgadung, Surakarta, pada Sabtu, 6 Oktober 2012. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.

Untuk kasus di DKI Jakarta, setidaknya ditemukan beberapa kasus sekolah roboh, seperti SDN 02 Pagi Cijantung. Bangunan sekolah ini roboh karena tidak kuat menahan genteng yang baru seminggu dipasang.

Selain itu, ada kasus serupa yang terjadi di SDN 03 Rawamangun pada Selasa, 6 November 2012. Bahkan sebelumnya pada Selasa, 5 Juni 2012, bangunan SDN 20 Cipinang Besar Selatan juga ambruk.

Banyaknya kejadian ini semakin menguatkan dugaan adanya ketidakseriusan pemerintah untuk memajukan pendidikan. Belum lagi pada sektor lain, pendidikan seolah tidak menjadi perhatian utama pemerintah.

Selain bangunan, masih banyak sekolah di Indonesia belum memiliki fasilitas memadai, seperti tidak adanya perpustakaan. Padahal, sebuah lembaga pendidikan dapat dikatakan ideal salah satunya dengan menyediakan fasilitas perpustakaan.

Hal ini diamini oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Penyediaan infrastruktur yang memadai masih menjadi kendala dalam memajukan pendidikan.

"Peningkatan kualitas pendidikan masih terkendala oleh penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai," ujar Mendikbud M Nuh dalam renstra, Jumat (26/4).

Nuh menambahkan, pemenuhan infrastruktur pendidikan itu belum mencapai angka 100 persen. "Baru 74,5 persen SMA/MA dan 62,7% SMK/MAK yang telah memiliki perpustakaan, sementara hanya 47,8% sekolah yang telah memiliki fasilitas komputer," terang dia.

Lebih lanjut, Nuh menambahkan, hal ini dapat terjadi lantaran masih terdapat masalah dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. "Koordinasi antar kementerian dan lembaga yang mengelola dan menyelenggarakan pendidikan, serta antara pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten dan pemerintah kota belum sepenuhnya tertata dengan baik. Demikian pula peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan belum dikelola dengan maksimal," pungkas dia. 

sumber: www.merdeka.com